Asian Youth Day 2017
Acara yang dinantikan oleh para kaum muda Katolik se-Asia yaitu ASIAN YOUTH DAY pun tiba. Semangat yang luar biasa ditunjukkan dari setiap 22 negara di Asia untuk mengikuti acara ini. Terutama semangat dari negara kita sendiri yaitu Indonesia. Pada kesempatan kali ini, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Youth Day yang ke tujuh pada tanggal 2-6 Agustus 2017. Jogja Expo Center yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi venue utama acara ini.
Rasa syukur tidak henti-hentinya saya utarakan karena bisa menjadi salah satu peserta yang dikirimkan untuk mewakili mahasiswa dalam delegasi Keuskupan Agung Jakarta.
Sebelum kami berangkat ke Yogyakarta, seluruh delegasi dari 22 negara melaksanakan Days in Diocese (DID) yaitu serangkaian acara live in dimana kami harus menginap di salah satu rumah dari keluarga pada paroki tersebut dari tanggal 28-31 Juni 2017. DID sendiri dilaksanakan di 11 keuskupan di Indonesia. Delegasi dari KAJ melaksanakan DID di Jakarta pula. Saya mendapatkan tempat DID di Paroki Keluarga Kudus, Pasar Minggu.
Kesukupan Agung Jakarta mendapat perserta dari Keuskupan Tanjung Selor, Palangkaraya, Timika, Papua, China, dan Filipina.
Hari pertama DID, kami dikumpulkan di Gereja Matias Rasul, Kosambi. Disana kami diberi pengarahan dan dijemput untuk menuju ke paroki DID yang telah ditentukan.
Sesampainya di gereja Keluarga Kudus, kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Dan saya berkesempatan untuk serumah dengan peserta dari China bernama Jin Ying atau kami mengenalnya dengan nama Maria Hwang.
Masalah komunikasi tidak menghambat kami untuk bisa saling mengenal satu sama lain. Meskipun keterbatasan kami menggunakan bahasa Inggris, kami bisa melalui tiga hari bersama dengan baik. Orangtua asuh kami juga menyambut dan merawat kami dengan sangat baik. Kami diajak berpergian ke Ragunan dan selalu disiapkan sarapan dan bekal saat pagi hari.
Hari kedua DID, saya, Jin Ying, dan keluarga yang mengasuh kami pergi ke Ragunan. Terlihat bila Jin Ying sangat antusias melihat segala yang ada di dalamnya. Pertama kalinya ia mencicipi bakso dan melihat saya sebagai orang Indonesia makan menggunakan tangan. Pada sore hari sampai malam harinya, kami mengadakan misa di gereja dan ada persembahan pentas seni dari Paroki Keluarga Kudus.
Pada tanggal 30 Juni 2017 dimana hari terakhir DID, kami berkesempatan mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah dan Seminari Wacana Bakti. Terlihat peserta dari luar Jakarta, sangat bersemangat melihat keindahan kota Jakarta. Dan pada saat malam hari di Seminari Wacana Bakti, kami bernyanyi bersama dengan seminaris WB lainnya. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua asuh yang telah menjaga kami dengan sangat baik selama tiga hari. Sungguh sedih karena keesokan harinya kami harus berpisah dengan mereka.
Tanggal 1 Agustus 2017, pagi-pagi sekali kami sudah harus berangkat menuju Katedral untuk bertemu dengan seluruh perserta AYD yang melaksanakan DID di KAJ. Di Katedral, kami dibagi menjadi beberapa kelompok baru lagi. Dan hari itu kami mengelilingi Masjid Istiqlal, Katedral, dan Monas.
Hari telah berganti dan pada saat tanggal 2 Agustus 2017 pukul 01:00 kami sudah berada di stasiun Gambir untuk menaiki Kereta Luar Biasa menuju Stasiun Tugu Yogyakarta. Pukul 02:00 kami pun berangkat dan tiba di Stasiun Tugu sekitar pukul 08:00. Kami sudah ditunggu oleh para panitia AYD untuk menaiki bus menuju tempat menginap kami selama 5 hari ke depan. Akhirnya kami berangkat menaiki bus untuk menuju Kampus Sanata Dharma, Paingan. Setibanya disana, kami bergegas untuk langsung ke main venue yaitu di Jogja Expo Centre.
Sesampainya di JEC, kami disambut antusias oleh para panitia. Sesaat kami memasuki venue, terlihat ribuan orang muda Katolik dengan seragam dan sambil membawa bendera negaranya masing-masing. Panggung yang sangat luas dilengkapi dengan peralatan yang canggih. Untuk pertama kalinya, kami menyanyikan theme song AYD bersama dengan delegasi dari seluruh Asia, berdiri bulu kuduk karena kekompakan dan semangat kami untuk mengikuti acara ini.
Hari pertama AYD disambut dengan opening ceremonial dengan beberapa tarian daerah dari Indonesia.
Hari kedua, kami diajak untuk mengenal latar belakangan kehidupan menggereja dari negara tetangga. Mereka membuat semacam booth untuk setiap negara, dan disetiap booth mempunyai mading yang menceritakan kehidupan menggereja mereka. Lalu kami diberi kertas yang memiliki clue mengenai isi daripada booth setiap negara. Tugas kami adalah menebak clue yang ada apakah itu dari negara A atau yang lainnya. Dan bila benar, kami akan mendapatkan stempel. Ruangan terasa penuh d
an ribut karena antusias kami mencari jawaban yang benar. Karena saya sudah kelelahan dan hanya mendapat 19 stempel dari 22 stempel yang harus didapat, akhirnya saya memutuskan untuk ke booth Pakistan dan memintai tolong mereka untuk men-henna tangan saya bergambarkan logo AYD. Dan karena ketertarikan saya terhadap negara India, saya pun juga menghampiri booth mereka dan berbagi cerita mengenai budaya masing-masing. Akhirnya saya diberi bendi di dahi saya.
Hari ketiga, inilah hari dimana kita harus dibagi menjadi kelompok baru lagi karena kami akan melakukan exposure. Kelompok saya diberangkatkan ke Goa Maria Sendangsono. Sesampainya disana, kami disambut dengan makanan seperti pecel, semur, dan uniknya tidak menggunakan piring tetapi daun pisang. Ya untuk itu, teman-teman dari negara lain harus kami (orang Indonesia) beritahu bagaimana cara pemakaiannya. Lalu kami diajak ke dalam gereja Promasan dan diceritakan mengenai sejarah gereja tersebut. Dan dilanjutkan dengan doa rosario sembari berjalan kaki menuju Goa Maria Sendangsono. Perjalan yang cukup jauh dan melelahkan. Kami berdoa rosario menggunakan bahasa Inggris, Indonesia, dan bahasa Jawa.
Sesampainya di Goa Maria Sendangsono, kami diajak mengitari area tersebut dan mencicipi air baptis yang mengalir. Konon, itulah air yang digunakan untuk membaptis pertama kali di daerah Jawa tersebut. Setelah selesai berkeliling kami kembali ke JEC, dan mengadakan adorasi. Adorasi ini dibawakan dengan menggunakan lagu-lagu Taize. Dan dilanjutkan dengan pengakuan dosa. Luar biasa melihat banyak anak muda Katolik yang sangat tekun dala berdoa dan ingin mengakui dosa dan kesalahan mereka saat itu. Karena bila ingin mengaku dosa, kami harus mengantri panjang.
Hari keempat, kami mengikuti workshop. Kebetulan saya mendapatkan sesi workshop yang memiliki tema Youth and Social Problem: Free Sex-Dating, Abortion. Workshop ini dipimpin oleh Uskup dari Korea. Setelah itu kami kembali dengan delegasi kami masing-masing dan lalu kami melakukan diskusi mengenai action plan yang akan dilakukan per delegasi untuk tetap menyalakan api semangat AYD.
Pada malam harinya, diadakan closing ceremonial dengan tarian-tarian dari seluruh negara dan ditutup oleh drama folklore dari salah satu sanggar di Jogjakarta dan tidak lupa ada sedikit kata sambutan dari Ignasius Jonan selaku mentri ESDM dan gurbernur DIY.
Hari terakhir yaitu hari kelima tanggal 6 Agustus 2017. Pagi-pagi sekali kami sudah langsung menuju ke Angkatan Udara Yogyakarta karena kami akan melaksanakan closing mass atau misa penutupan disana. Dihadiri sekitar 20.000 umat dan 600 Kardinal beserta Pastor yang akan turut membantu dalam misa ini. Misa ini dimpimpin oleh Kardinal dari Bangladesh. Tidak lupa Bapak Paus pun mengirimkan surat kepada kami para orang muda Katolik untuk selalu semangat dalam pelayanannya.
Dan setelah misa selesai, Mentri Kemenpora, Gurbernur DIY, dan Wakil Presiden menyampaikan kata sambutan. Dan setelah itu, hal yang paling ditunggu adalah pengumuman dimana event AYD ini akan dilaksanakan untuk tiga tahun kedepan. Dan India terpilih menjadi tuan rumah selanjutnya.
Setelah melalui tujuh hari dalam berdinamika bersama, selesailah acara Asian Youth Day ke 7 di Indonesia.
Pengalaman yang sangat berharga dan tak ternilai saya dapatkan dari sini. Bertemu dengan mereka sesama orang muda dan terlebih mereka adalah anak Tuhan dari berbagai negara. Keceriaan selalu mendampingi kami selama tujuh hari ini. Hal yang saya dapat dari acara ini ialah, perluas jaringan, perluas pelayanan, dan jadilah orang muda Katolik yang berkualitas.
Asian Youth Day ke 8 di India? Saya tidak sabar untuk mengikutinya kembali karena banyak ilmu dan manfaat yang bisa diambil dari acara ini.
"Asian Youth Day? Joyful Joss! O A O E? Joss! Joss! Indonesia? Joss!!!"
Karena gue OMK, gue berani Plus!
100% Katolik, 100% Indonesia.